Aku Ingin Meninggalkan Jejak
"Hingga pensiun lima tahun lalu, pengabdian bapak sebagai guru tak kurang dari 34 tahun. Tapi bapak sungguh menyesal, karena selama pengabdian bapak itu, tak ada jejak apa pun yang telah bapak tinggalkan apalagi bapak banggakan. Meski banyak hal yang telah bapak lakukan, nyatanya tak ada apa pun yang bisa membuktikan. Sampai saat ini, bapak memang masih bisa bercerita kepada siapa pun tentang pengabdian bapak. Namun tentunya hal itu tak akan bisa selamanya bapak lakukan," ujar Pak Jupri, guruku saat masih bersekolah di SD dulu ketika aku bertandang ke rumahnya sekitar dua bulan lalu dengan wajah penuh penyesalan. Sebagai muridnya, aku pun turut merasakan kesedihannya.
"Beruntung sekali guru-guru saat ini. Mereka bisa mengikuti pelatihan menulis buku sehingga kemudian mereka bisa menuliskan apa saja menjadi buku, termasuk hal-hal yang terkait dengan pegabdiannya sebagai guru. Itulah yang akan menjadi jejak dan bukti pengabdiannya sebagai guru.Tapi pada zaman bapak, tak ada pelatihan seperti itu. Jadi, ya begini ini. Sampai pensiun bapak tak punya jejak apa pun sebagai bukti," lanjut guruku yang sangat penyabar itu.
Aku kemudian tersenyum. Kupandangi wajahnya yang telah mulai berkeriput. Kuelus-elus telapak tangannya yang tak lagi halus.
"Bapak ingin bisa menulis buku untuk menuliskan kisah-kisah pengabdian Bapak selama menjadi guru dulu?" tanyaku sembari menatap matanya.
"Tentu saja bapak sangat menginginkan. Tapi bapak tidak bisa karena bapak sudah tua," jawabnya. Lagi-lagi aku tersenyum.
"Siapa bilang kalau orang sudah tua sudah tidak bisa menulis buku, Pak? Percaya saja, Bapak masih bisa. Saya sanggup membantu Bapak." Aku berusaha untuk memberinya semangat. Kulihat wajah guruku itu tampak berseri.
"Benarkah? Tapi bapak tidak bisa menulis menggunakan komputer," ujar Pak Jupri.
"Tenang saja, Pak. Bapak tidak perlu khawatir. Nantinya, Bapak cukup membuatnya dengan tulisan tangan. Saya yang akan menyalinnya ke dalam komputer dan kemudian mengirimkannya ke penerbit," jawabku meyakinkannya.
"Benarkah?"
Seketika pria tua yang sampai saat ini tidak memiliki anak itu memelukku erat-erat sembari menepuk-nepuk punggungku. Kurasakan cairan hangat yang keluar dari matanya membasahi pundakku.
Hanya sekitar sepuluh hari aku beri bimbingan, guruku itu telah bisa menulis naskah buku meski dengan menggunakan tulisan tangan. Aku yang kemudian menyalinnya ke dalam komputer. Sesuai dengan permintaannya, buku karyanya itu diberi judul Jejak Pengabdianku sebagai Guru.
Kini, buku karyanya itu telah diterbitkan. Pak Jupri benar-benar kelihatan senang dan bangga karena telah berhasil meninggalkan jejak pengabdiannya selama 34 tahun sebagai guru. Aku pun ikut merasa senang karenanya. [*]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Jejak yang akan menjadi amal jariah bagi Pak Jupri dan Pak Edi. Kolaborasi yang sangat indah. Penuh keharuan membaca tulisan ini. Salam literasi, Pak Edi. Semoga sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah..., Pak Edi.
Terima kasih sekali, Bu Raihana. Salam literasi kembali. Semoga Bu Raihana pun selalu sehat, bahagia, dan sukses.
Subhanalloh... Pak Edi memang hebat. Bahkan sangat memuliakan guru. Jejak... Wah, jadi ada ide untuk menulis nanti malam. Terima kasih Pak.
Terima kasih atas apresiasi Bu Ratna. Alhamdulillah, saya tunggu tulisan Ibu. Samasama, Bu.
Jadi ingin ikut menangis Pak. Semoga tindakan mulia Bapak mendapat imbalan dari Allah SWT
Amin. Terima kasih sekali atas doa Bu Noor. Semoga Bu Noor selalu sehat, sukses, dan bahagia.
Trimakasih Pal star Tulisa Bapak
Terima kasih sekali atas apresiasi Pak Jon Henri. Ayo menulis lagi.
Menginspirasi sekali. Terima kasih, Pak Edi.
Alhamdulillah... Syukur kalau menginspirasi, Pak. Semoga Pak Darwoto juga akan meninggalkan jejak dengan menulis buku.
Ya Allah, siswa dan guru yang luar biasa.
Terima kasih sekali atas apresiasi Bu Zaimatun. Teruslah berkarya, semoga sukses.
Terharu membaca kisah ini. Barakallah untuk Pak Jupri.
Terima kasih sekali atas apresiasi, Bu Rahma. Semoga Bu Rahma selalu sehat dan bahagia. Teruslah berkarya, semoga sukses.
Insyaa allah akan mengikuti jejak bapak, meninggalkan jejak dengan menulis
Alhamdulillah... Ya Bu, semoga Bu Rizka pun bisa meninggalkan jejak.
Aamiin insyaa allah pak
Wah...Luar biasa pak pesan yang terkandung dalam cerita ini. Sangat memotivasi. Alhamdulillah pak Edi langsung mengambil posisi sebagai mentor demi membantu Bapak tersebut menorehkan jejaknya. Salam sukses pak Edi!
Terima kasih atas apresiasinya, Bu. Bu Enggra pun bisa melakukan hal serupa di daerah Ibu. Cari saja, bisa jadi ada pensiunan guru yang seperti Pak Jupri itu.
Insyaallah Pak. Sungguh suatu tindakan yang amat mulia. Keinginan mengukir jejak justru telah membuat hati pak Jufri berukirkan jejak...ya, tentunya jejak yang ditinggalkan pak Edi. Semoga jadi amal baik ya Pak? Barakallah.
Amin. Terima kasih sekali atas doa Bu Enggra. Teruslah berkarya, semoga sukses.
Terharu sekali pak Edi membaca kisah pak Jupri...
Terima kasih sekali, Bu Yuria. Kalau Ibu mau mencari, di daerah Ibu pun bisa jadi ada orang seperti Pak Jupri.
Pak..luar biasa sekali ceritanya.
Terima kasih sekali atas apresiasi Bu Titik. Bu Titik pun tentu bisa menulis cerita semacam itu. Coba saja.
Alhamdulillah..Bagus sekali pak..Tinggalkan jejak dg tulisanmu.
Terima kasih, Bu. Usahakan setiap guru bisa meninggalkan jejak dengan tulisannya.
Senangnya membaca tulisan bpk yg penuh pengabdian pd guru.Semoga allah menjaga silturahmi yg baik antara bpk dg gurunya
Amin. Terima kasih atas doa Ibu.